RASA, adalah sifat Tuhan yang di anugerahkan kepada hamba-Nya. Ia tiada berbentuk, tiada kalimat, huruf maupun kata.
Antara Rasa dan Fikir
Hati adalah wadah sebagai media untuk meRasa, tapi terkadang kita tidak jarang pula menjadikan hati sebagai tempat berfikir, (kita berfikir di dalam hati kita) baik masalah duniawi juga ukhrawi sehingga saat kita berzikir kita tidak dapat khusyu' sebab hati sebagai media rasa telah di susupi oleh akal fikiran kita, dan fikiran ini telah membuat Rasa di dalam hati itu tidak berfungsi (kita tidak bisa menemukan Rasa), rasa yang saya maksudkan di sini adalah rasa nurani (rasa berTuhan).
Ada hal-hal tertentu yang ada pada Rasa tidak dapat di terjemahkan atau tidak bisa di fahami oleh alam fikiran kita, atau fikiran kita belum mampu mendefinisikan atau tidak terdefinisi atau belum menemukan kata yang tepat terhadap sinyal-sinyal yang di alami oleh Rasa. Sebagai contoh apa yang di alami oleh Rasa saat terjadi 'mabuk' dalam zikir. Kalau akal kecerdasannya terletak pada fikirnya, maka kecerdasan hati ini terletak pada zikirnya (Tuangku Syaikh Muhammad Ali Hanafiah Ar Rabbani).
Tidak bisa kita bayangkan jika ada manusia yang tidak memiliki Rasa, adakah manusia yang tidak memiliki rasa? Ssering kita dengar istilah rasa perikemanusiaan atau tidak punya hati nurani. Pertanyaan berikutnya, apakah rasa dan hati sama? Bagaimanakah bentuk dari pada rasa dan hati ini?
Guru kita Tuangku Syaikh Muhammad Ali Hanafiah Ar Rabbani berkata" saat kita ingin mengetahui bentuk daripada hati itu, maka saat itu sebenarnya kita sudah merasakannya"
Bila kita kaitkan dengan zikir atau zikrullah, maka seharusnya saat akalnya berfikir di dalam hatinya untuk berzikir, yang di harapkan sesungguhnya zikir itu adalah tersambung ke rasa (rasa nurani). Keadaan ini adalah suatu proses menundukkan fikiran kedalam rasa nurani (rasa berTuhan) karena rasa itu adalah tiada berhuruf, kata, atau kalimat, maka yang di harapkan adalah fikirannya saat berzikir dapat mencapai/masuk kedalam rasa ini (hening).
Namun yang sering terjadi adalah ketidak mampuan fikiran untuk diam, hening (masuk kedalam rasa nurani/rasa berTuhan) Sebab kita selama ini lebih sering bergaul dengan alam fikiran di dalam hati kita dari pada merasakan Dia di dalam hati kita.
Untuk itu di perlukan riyadhoh/latihan berzikir memfokuskan fikiran ini kedalam merasakan rasa nurani/berTuhan, dengan metode-metode zikir dari guru mursyid.
Guru kita Tuangku Syaikh Muhammad Ali Hanafiah Ar Rabbani membagi rasa menjadi tiga, yaitu;
Rasa Jasmani (fisik)
Rasa Ruhani (keadaan jiwa manusia)
Rasa Nurani (rasa berTuhan)
Maka di dalam zikrullah tujuan awal seorang hamba adalah agar bisa merasakan Rasa berTuhan dengan menundukkan fikirannya kedalam Rasa berTuhan ini.
Di dalam Zikir ini pun ada beberapa tingkatan; yaitu Ingat, Dekat, Pandang, dan Cinta.
Semoga Allah menganugerahkan kekhusyu'an kepada diri kita, karena hanya Dia-lah yang sanggup mengkhusyu' kan hamba-Nya.
Oleh: Susanto Al Hanafi