Bagaimanakah para ahli ketuhanan ( sufi ) memaknai dan menafsirkan Arsy dan wajah Allah
Wajah Allah ada di mana saja kemanapun wajah kita di hadapkan.
Kalimat itu mengartikan kekuasaan-Nya dan keagungan-Nya dapat di saksikan di manapun kita berada. Kita dapat melihat kekuasaan Tuhan menggantung bumi yang kita pijak ini, tanpa ada tali maupun tiang, serta menyaksikan luas langit tanpa ada batas, dan bahkan kita dapat melihat sistem yang bekerja dalam tubuh kita yang rumit, yang masih banyak menyimpan misteri. Itu semua adalah sarana bagi Allah untuk menyingkap dan mengungkap wajah-Nya, yang diartikan sama dengan kekuasaan dan kerajaan-Nya
Terukir tegas dalam Al-quran, Arrahmanul"ala"arsystawa", artinya: Tuhan bermakna, langit bukanlah tempat bersemayam Tuhan, bumipun bukan tempat duduk Tuhan, namun Dia bersemayam di atas Aras-Nya. Yang dimaksud arasy antara lain adalah kerajaan dan kekuasaan Tuhan, adapun kekuasaan dan kerajaan telah menjangkau dan meliputi sekalian alam termasuk diri kita manusia. Sungguh Allah Maha Luas kekuasaan-Nya.
Kemana lagi kita menyembunyikan muka dari hadapan Allah SWT, alasan apalagi yang menyatakan Allah itu jauh, jika diri kita sendiri telah menjadi bukti atas keberadaan wajah-Nya ( kekuasaan-Nya )
Begitupun diakhirat tidak satupun manusia dapat membohongi apa-apa yang telah di perbuatnya ketika hidup di dunia. Simu'min yang menyadari wajah Tuhan selalu menyertainya, niscaya tidak dapat mendustai hatinya sendiri dari perbuatan yang di larang Alah.
Kesadaran dengan kehadiran wajah Allah dalam diri si mu'min dapat jua meningkatkan pengawasan diri pada intervensi bujuk rayu setan dan hawa nafsu pada diri
Bila kita simpulkan:
Allah dekat tanpa jarak, jauh tanpa perantara.
Terpatri dalam alquran
وَلَقَدْ خَلَقْنَا الإنْسَانَ وَنَعْلَمُ مَا تُوَسْوِسُ بِهِ نَفْسُهُ وَنَحْنُ أَقْرَبُ إِلَيْهِ مِنْ حَبْلِ الْوَرِيدِ
Dan sungguh, Kami telah menciptakan manusia dan mengetahui apa yang dibisikkan oleh hatinya, dan Kami lebih dekat kepadanya daripada urat lehernya. ( Al-Qaaf- 16 )
Wajah-Nya meliputi apa yang di naungi langit dan apa yang di atas permukaan bumi. Adalah Dia Zat yang Maha Dekat dengan makhluk-Nya. Namun kebutaan pada mata hati, inilah yang menghalangi pandangan pada kehadiran-Nya di sisi kehidupan manusia, menjadikan manusia menyembah Tuhan tak lebih dari sekedar konteks pengakuan.
Bilamana lahir dan tumbuh ibadah lantaran keyakinan yang sebenar benar " meyaksikan " akan kehadiran Tuhan meliputi sekalian alam, maka si mu'min dapat merasakan kelezatan dalam menyembah/mengabdi pada Allah swt. Ibadahpun bukan saja sebagaikewajiban, namun berganti menjadi kebutuhan yang mutlak di penuhi, seumpama seorang kekasih yang selalu butuh dan rindu untuk menatap wajah kekasihnya.
Kajian berikut: