Pencerahan Rasa 2
Oleh: Tuangku Syaikh Muhammad Ali Hanafiah Ar-Rabbani
Dalam dunia tasawuf rasa nurani menjadi bahan penting untuk mencari rasa kedekatan terhadap Allah. Karena dengan rasa nurani ini manusia dapat menghadirkan Tuhan dalam diri mereka. Dalam hal ini para sufi selalu melatih rasa nurani dengan berbagai metode zikir dan do'a.
Semakin dalam rasa nurani seorang sufi, semakin tinggi kualitas rasa kedekatannya kepada Allah, bahkan tidak jarang diantara mereka yang mabuk dan merasa bersatu dengan Tuhan, karena saking dekatnya Tuhan di dalam rasanya. Inilah yang sangat di sayangkan sekali, diantara para sufi ada yang merasakan bersatu dengan Tuhan di dalam rasa nuraninya, padahal itu hanya rasa dan perasaan yang mereka jadikan kenyataan.
Tuhan mustahil dapat bersatu dengan hambaNya, dan mustahil berjarak dengan hambaNya. kalaupun para sufi menyatakan kesatuanya dengan Tuhan, itu hanyalah ungkapan rasa yang tak dapat di pegang dalam arti yang sebenarnya.
Bersatunya hamba dengan Tuhan amatlah mustahil
kecuali bersatu di dalam rasa. Walaupun demikian, keberadaan Tuhan tetaplah dekat dan tidak pernah berperantara dengan hambaNya
Untuk merasakan keberadaan Tuhan yang amat dekat membutuhkan rasa nurani, tidak menjadikan rasa itu sebagai tujuan dari pandangan mata hati. Karena hal itu akan membuat kita terjebak dalam lingkaran rasa, sehingga seorang sufi yang seharusnya menjadikan rasanya untuk memandang Tuhan, namun ia menjadikan rasa dekat tersebut sebagai tujuan bersatunya dengan Tuhan. Inilah awal kesesatan diantara para sufi
Memang diakui dengan rasalah Tuhan itu dekat, namun bukan berarti dengan rasa dekat tersebut diartikan sebagai kesatuan. Dan rasa dekat yang Allah berikan bukan tujuan dari pencarian kita. Rasa dekat kepadanya merupakan jembatan kita untuk memandangNya, bukan untuk bersatu denganNya, rasa dekat menjadi batu loncatan bagi kita untuk melihatnya, bukan bersatu dengan Zat-Nya.
Kenapa dengan rasa dekat itu kita dapat melihat dan memandang Zat-Nya? Kita yakini bahwa rasa dekat mustahil terbit dari akal, sebab akal hanya membuahkan pikiran bagi manusia. Begitu pula dengan keinginan kita, tidak bisa menerbitkan rasa dekat dengaNya, melainkan hanya berkeinginan untuk dekat denganNya.
Artikel berikut: