Sumber Awal Ilmu Tasawuf
Tasawuf merupakan upaya untuk mengenali Allah melalui latihan ruhani.
Para nabi dan rasul diutus oleh Allah swt sebelum mereka diangkat menjadi nabi dan rasulNya, terlebih dahulu manjalani tasawuf. Setelah melalui proses pencarian dan perkenalan dengan Allah sampai kepada tingkat penyaksian kepada Allah sebagai Zat yang Nyata dan meliputi segala sesuatu, mereka barulah diangkat menjadi nabi atau utusan Allah.
Jadi kalau ada kalangan yang mempertanyakan adakah tasawuf dalam syariat islam? Maka jawabannya pasti tidak ada, karena tasawuf ada sebelum adanya syariat yang di bawa oleh para nabi dan rasul Allah.
Kita tidak dapat memberikan argumen dengan menggunakan dalil syariat ( Al-Quran dan hadist ) untuk membuktikan adanya dalil tasawuf dalam islam. Yang bisa kita gunakan untuk membuktikan adanya tasawuf adalah sejarah perjalan para nabi dan rasul dalam mencapai posisi kenabian dan kerasulan. Siapapun tidak akan mampu membantah bahwa mereka sebelum diangkat menjadi nabi dan rasul, mereka telah melakukan riyadah atau pelatihan ruhani.
Sebagai contoh, Nabi Muhammad berbulan bulan bahkan tahunan selalu mengunjungi gua Hira dalam rangka melatih ruhaninya. Demikian juga nabi Ibrahim a.s yang mencari Tuhan melalui ketakjubanya terhadap keteraturan alam semesta tetapi ternyata tidak dia temukan yang disebut dengan Tuhan.
Nabi Musa a.s juga memilih berkhalwat dilembah suci yang bernama Tuwa dibukit Tursina. ketika Nabi Musa diberi kesempatan untuk memandang wajah Allah, maka segala sesuatu menjadi fana. Gunung dan bukit menjadi tiada dan yang ada hanya wajah Allah, bahkan Musa tidak lagi melihat keberadaan dirinya sendiri sehingga dikatakan dia pingsan, padahal dia asyik lebur dalam keindahan Zat Allah, dan seterusnya.
Tasawuf melatih diri kita untuk menemukan titik terdekat dengan Allah. Akal pikiran manusia tidak akan mampu menimbulkan rasa dekat, apalagi hawa nafsu. Akal hanya akan mengakui keberadaan Allah sebagai Zat yang mengatur alam semesta dan segala isinya, tetapi tidak mampu mengenal Zat Allah. Hanya hati yang memilki potensi untuk merasakan rasa dekat itu. ketahuilah, apabila timbul rasa dekat maka yakinlah bahwa dibalik rasa dekat itu pasti ada Allah. Mustahil rasa dekat itu lahir dari akal atau nafsu kita. Rasa dekat itu sendiri merupakan media yang dimilki seorang hamba untuk meyakini dibalik rasa dekat itu pasti ada Allah.
Maka dalam tasawuf, pelatihan ruhani diharapkan melahirkan sensivitas akan keberadaan dan kenyataan Allah. Salah satu jalanya untuk menimbulkan rasa dekat adalah dengan zikir. namun, perlu diketahui bahwa zikir tidak mampu memberikan rasa dekat kepada Allah kecuali apabila diniatkan untuk menemukan titik terdekat di sisi-Nya
( Kajian Tuangku Syaikh Muhammad Ali Hanafiah Ar-Rabbani )
Baca Juga:
Tasawuf merupakan upaya untuk mengenali Allah melalui latihan ruhani.
Para nabi dan rasul diutus oleh Allah swt sebelum mereka diangkat menjadi nabi dan rasulNya, terlebih dahulu manjalani tasawuf. Setelah melalui proses pencarian dan perkenalan dengan Allah sampai kepada tingkat penyaksian kepada Allah sebagai Zat yang Nyata dan meliputi segala sesuatu, mereka barulah diangkat menjadi nabi atau utusan Allah.
Jadi kalau ada kalangan yang mempertanyakan adakah tasawuf dalam syariat islam? Maka jawabannya pasti tidak ada, karena tasawuf ada sebelum adanya syariat yang di bawa oleh para nabi dan rasul Allah.
Kita tidak dapat memberikan argumen dengan menggunakan dalil syariat ( Al-Quran dan hadist ) untuk membuktikan adanya dalil tasawuf dalam islam. Yang bisa kita gunakan untuk membuktikan adanya tasawuf adalah sejarah perjalan para nabi dan rasul dalam mencapai posisi kenabian dan kerasulan. Siapapun tidak akan mampu membantah bahwa mereka sebelum diangkat menjadi nabi dan rasul, mereka telah melakukan riyadah atau pelatihan ruhani.
Sebagai contoh, Nabi Muhammad berbulan bulan bahkan tahunan selalu mengunjungi gua Hira dalam rangka melatih ruhaninya. Demikian juga nabi Ibrahim a.s yang mencari Tuhan melalui ketakjubanya terhadap keteraturan alam semesta tetapi ternyata tidak dia temukan yang disebut dengan Tuhan.
Nabi Musa a.s juga memilih berkhalwat dilembah suci yang bernama Tuwa dibukit Tursina. ketika Nabi Musa diberi kesempatan untuk memandang wajah Allah, maka segala sesuatu menjadi fana. Gunung dan bukit menjadi tiada dan yang ada hanya wajah Allah, bahkan Musa tidak lagi melihat keberadaan dirinya sendiri sehingga dikatakan dia pingsan, padahal dia asyik lebur dalam keindahan Zat Allah, dan seterusnya.
Tasawuf melatih diri kita untuk menemukan titik terdekat dengan Allah. Akal pikiran manusia tidak akan mampu menimbulkan rasa dekat, apalagi hawa nafsu. Akal hanya akan mengakui keberadaan Allah sebagai Zat yang mengatur alam semesta dan segala isinya, tetapi tidak mampu mengenal Zat Allah. Hanya hati yang memilki potensi untuk merasakan rasa dekat itu. ketahuilah, apabila timbul rasa dekat maka yakinlah bahwa dibalik rasa dekat itu pasti ada Allah. Mustahil rasa dekat itu lahir dari akal atau nafsu kita. Rasa dekat itu sendiri merupakan media yang dimilki seorang hamba untuk meyakini dibalik rasa dekat itu pasti ada Allah.
Maka dalam tasawuf, pelatihan ruhani diharapkan melahirkan sensivitas akan keberadaan dan kenyataan Allah. Salah satu jalanya untuk menimbulkan rasa dekat adalah dengan zikir. namun, perlu diketahui bahwa zikir tidak mampu memberikan rasa dekat kepada Allah kecuali apabila diniatkan untuk menemukan titik terdekat di sisi-Nya
( Kajian Tuangku Syaikh Muhammad Ali Hanafiah Ar-Rabbani )
Baca Juga: