TEKNOLOGI HATI
(Kajian Tasawuf Tuangku Syaikh Muhammad Ali Hanafiah Ar-Rabbani)
Dewasa ini telah nyata manusia menjadikan akal untuk mencipta dan memuja teknologi dunia, hingga tanpa ia sadari kata-kata nurani dalam hatinya semakin terpojok dengan segala alasan kebutuhan duniawinya. Kita umat manusia jangan lupa, bahwa akal bukan saja modal untuk menjalani hidup, namuh Allah sudah menyandingkan hati untuk kawan bagi akal kita dalam ia berfikir. Keseimbangan antara fikir dan hati di diri manusia akan berdampak kepada kemajuan berfikir dan mencipta teknologi yang membangun untuk kemaslahatan umat.
Timbul suatu pertanyaan bagi kita, sampai dimanakah peranan segumpal hati pada manusia disetiap sudut permasalahannya? Apabila dilihat secara umum, maka kita beranggapan tiap permasalahan-permasalahan semuanya ditangani oleh buah pikiran kita sebagai manusia. Namun bila kita tengok jauh kebelakang dengan kacamata hakekat, maka disitu akan ada suatu kesimpulan, bahwa manusia tidak akan pernah memecahkan atau keluar daripada masalah tanpa ada suatu pengolahan daripada pemikirannya, akan tetapi mustahil pula bagi manusia untuk mencipta buah pemikiran tanpa ada kejernihan hati.
Yakin bagi kita, bila pemikiran tercipta tanpa ada dasar kejernihan hati maka pemikiran tersebut berubah menjadi senjata makan tuan, bahkan menambah rumitnya masalah. Dalam hal ini kebeningan dan kejernihan hati bukan saja menjadi juru kunci untuk beribadah mencapai ukhrawi, ia dapat jua menuntun cara berfikir realitas yang kemudian membawa manusia kepada solusi terbaik bagi kehidupannya.
kita mengenal betapa banyak peranan hati dalam berfikir, tetapi masih banyak manusia yang berlari bahkan mendustai hatinya dalam berperan, tanpa ia sadari telah jauh daripada kebenaran dirinya sendiri. Perlu diketahui " Hati " adalah sebuah lembaga independent yang bertanggung jawab langsung dengan Tuhannya. Sebagai pengawas dan mengontrol dari kerja akal dan nafsu, bila " lembaga " ini nonaktif, dapat kita bayangkan apa yang kelak terjadi terhadap fikir dan perbuatan manusia.
Untuk mencapai kebeningan dan kejernihan hati serta menjadikan ia " lembaga independent " di dalam diri tentunya hati harus bersih dari pengaruh luar, baik berasal dari ego dan hawa nafsu. sebab begitu manusia yang mempunyai hati namun sulit untuk menjadikan hati sebagai sebuah lembaga yang tak tersentuh oleh pengaruh ego dan hawa nafsunya. begitupun bila manusia menyadari fungsi hati dalam berfikir niscaya implementasi perbuatannya adalah buah segar dari akal sehat.
Bila kemajuan akal telah jauh meninggalkan hati, teknologi akal semakin pesat, sedangkan teknologi hati semakin tergilas oleh roda zaman, sungguh naas nasib sang hati. Padahal Rasulullah telah banyak berjuang dan berkorban untuk memindahkan kedudukan manusia dari kejahilan kepada cahaya kemuliaan. jahiliyah disini bukan bodoh akalnya, namun akhlak dan akidahnya jauh terkebelakang. Hingga di tengah kebudayaan Arab yang tinggi masih menjadikan sebuah benda atau batu sebagai Tuhannya. Tak jauh beda dengan keadaan kita saat ini, yang lambat laun akan menjadikan kecanggihan teknologi dan kepintaran sebagai segala-galanya, Na'uzubillah.
Dalam suatu riwayat seorang sufi pernah mengungkapkan " Berkatalah engkau dengan melalui hatimu, berfikirlah engkau melalui hatimu, berbuatlah engkau dengan melalui hatimu, niscaya ia akan membawamu kepada pintu hikmah dan kebijaksanaan ".
Bila kita mencoba memahaminya, maka semakin nyata keberadaan serta fungsi hati dalam kehidupan ini. Tetapi bila bicara tentang hati sudahkah kaya hati kita untuk menanggulangi kemiskinan dan kegersangan jiwa? Mustahil bagi hati yang bobrok, miskin dan kosong mengejar ketertinggalannya terhadap akal.
Ketahuilah kayanya akal dengan kepintarannya, kayanya hati hanya dengan zikirnya. Oleh karena itu Allah berfirman:
" Wahai orang-orang yang beriman, berzikirlah kepada Allah dengan zikir yang banyak. ( Al - Ahzab: 41 )
Dan Rasulullah bersabda:
" Maukah kuceritakan kepadamu tentang amalmu terbaik dan paling bersih dalam pandangan Allah, serta orang yang tertinggi derajat/ kekayaannya diantaramu. Yang lebih baik dari menyedekahkan emas dan perak serta memerangi musuh-musuhmu dan memotong leher mereka, dan mereka juga memotong lehermu "? Para sahabat bertanya. "Apakah iu wahai Rasulullah"?
Beliau menjawab " Zikir kepada Allah " (HR. Turmudzi dan Ibnu Majah. Disahihkan oleh Al-Hakim)
Dan sebaik-baik zikir adalah zikir hati. Sesuai dengan Hadist Al-Baihaqi dari Aisyah, bahwa Rasulullah bersabda:
" Zikir khafi ( hati ) itu melebihi zikir jahri ( ucapan dengan lidah ) " dengan tujuh kali ganda. Apabila hari kiamat Allah mengembalikan semua makhluk ketempat perhitungannya. Dan Malaikat membawa apa yang mereka jaga dan apa yang mereka catat. Allah berfirman kepada Malaikat penjaga " Perhatikanlah, masih adakah sesuatu yang tersisa dari hambaku? " Mereka menjawab " Tidak satupun kami tinggalkan dari apa yang kami ketahui dan apa yang kami jaga, melainkan kami batasi dan kami tulis dengan sebenarnya ". Maka Allah pun berfirman ( kepada hambanya ) " sesungguhnya kebaikanmu ada padaKu ", dan Aku akan membalasnya. kebaikanmu itu adalah zikir khafi ".
Zikir adalah wujud dari kecanggihan teknologi hati, karena hati tak ubahnya seperti satelit yang menghantarkan sinyal dari belahan bumi ke belahan bumi yang lain. Bahkan hati merupakan satelit antar jiwa yang menembus tujuh lapis langit menuju kehadirat Tuhannya. Zikir juga merupakan harta daripada lembaga hati yang mengundang khazanah Ilmu Ketuhanan.
Akhirnya apabila teknologi hati berkembang pesat didiri manusia, maka manusia akan tetap menyadari kelemahan dan kehambaannya kepada Allah AWT, hingga dapat terlepas dari rekayasa ego dan hawa nafsu. inilah yang membuat manusia mencipta dan berteknologi jauh daripada kehancuran.
Artikel berikut: