Anak adalah generasi penerus bangsa, ditangan merekalah nasib bangsa ini terletak dimasa depan, baik buruknya suatu bangsa nanti tentu terletak pada tangan mereka. Apa jadinya bangsa kita yang " Gemah Ripah Loh Jenawi " ini bila di pegang oleh generasi yang tak bermoral? Pintar tapi tak punya Tuhan? Menjadikan nafsunya sebagai penguasa? Tentu yang terjadi adalah kehancuran, kehancuran yang mesti di pertanggungjawabkan oleh para orang tua dan guru mereka saat ini, jika tak ada pembekalan Spritual yang diberikan kepada mereka.
Kitalah para orang tua dan guru yang mesti mempersiapkan mereka sedari awal. Ilmu yang bermanfaat serta nilai-nilai spritrual yang tinggi harus diajarkan mulai saat ini. Tanpa nilai spritual dalam diri mereka, jadilah mereka seperti mobil tanpa rem, karena tidak ada yang akan menghentikan perbuatannya, tidak ada rasa takut dan cinta dalam hati mereka kepada Tuhan. Jadilah mereka seperti srigala-srigala yang haus akan kekuasaan, harta dan kedudukan.
Sebelum hal itu terjadi, wajiblah diantisipasi mulai dari sekarang untuk mendidik nilai-nilai spritualitas mereka. Nilai spritual dalam diri anak adalah hal yang terpenting untuk di tumbuhkembangkan sebagai bekal bagi mereka di dunia dan diakhirat kelak.
Jalaluddin Rakhmat dalam tulisannya Meningkatkan kecerdasan Spritual Anak memberikan kiat-kiat untuk mengembangkan SQ anak.
1. Jadilah Gembala Spritual
Orang tua atau guru yang bermaksud mengembangkan kecerdasan spritual anak haruslah orang yang sudah mengalami kesadaran spritual juga. Ia sudah mengakses sumber-sumber spritual untuk mengembangkan dirinya. Ia juga harus merasakan kehadiran dan peranan Tuhan dalam kehidupannya. Ia harus menemukan makna hidupnya dan mengalami hidup yang bermakna pula. Ia tampak pada orang-orang di sekitarnya sebagai orang yang berjalan membawa cahaya.
Bayangkanlah masa kecil kita dahulu. Betapa banyak perilaku kita yang terilhami oleh orang-orang yang sekarang kita kenal sebagai orang yang ber-SQ tinggi. Orang-orang itu boleh jadi orang tua kita atau guru kita atau orang-orang kecil di sekitar kita.
2. Rumuskan Misi Hidup
Nyatakan kepada anak bahwa ada berbagai tingkat tujuan, mulai dari tujuan paling dekat sampai tujuan paling jauh, tujuan paling akhir kita. Dengan menggunakan teknik What then, dalam anekdot Danah Zohar, kita dapat membantu anak utnuk menemukan misinya. jika kamu sudah sekolah, kamu mau apa? Aku mau jadi orang pintar. Jika sudah pintar, mau apa? what then? Dengan kepintaranku, aku akan memperolah pekerjaan yang bagus. jika sudah mendapat pekerjaan mau apa? Aku akan punya duit banyak. Jika sudah punya duit banyak mau apa? Aku mau bantu orang miskin. Sampai disini, kita sudah membantu anak untuk menemukan tujuan hidupnya.
3. Baca Kitab Suci
Setiap agama pasti punya kitab suci. Tetapi tidak setiap orang menyediakan waktu khusus untuk memperbincangkan kitab suci dengan anak-anaknya. Diantara pemikir besar islam yang memasukan kembali dimensi ruhaniyah kedalam khazanah pemikiran islam adalah Muhammad Iqbal. Walaupun ia dibesarkan dalam tradisi intelektual barat, ia melakukan pengembaraan ruhaniah bersama Jalaluddin Rumi dan tokoh-tokoh sufi lainnya.
Boleh jadi yang membawa Iqbal kesitu adalah pengalaman masa kecilnya. Setiap selesai sholat subuh, ia membaca Al-Quran. Pada suatu hari bapaknya berkata, " Bacalah Al-Quran seakan-akan ia diturunkan untukmu!" Setelah itu Iqbal berkata " Aku merasa Al-Quran seakan-akan berbicara kepadaku..."
4. Ceritakan Kisah-Kisah Agung
Anak-anak bahkan orang dewasa, sangat terpengaruh dengan cerita. manusia kata Garbner, adalah satu-satunya makhluk yang suka bercerita dan hidup berdasarkan cerita yang dipercayanya. Para Nabi mengajarkan umatnya dengan parabel atau kisah perumpamaan. Para sufi seperti Al-Attar, Rumi, Sa'di mengajarkan kearifan parenial dengan cerita.
5. Diskusikan Berbagai Persoalan dengan Perspektif Ruhaniyah
Melihat dari perspektif ruhaniyah artinya memberikan makna dengan merujuk pada Rencana Agung Ilahi ( Divine Grand Design ). Mengapa hidup kita menderita? Kita sedang diuji Tuhan. Dengan mengutip Rumi secara bebas:
" Katakan kepada anak kita bahwa bunga mawar merekah setelah langit menangis. Anak kecil tahu bahwa ia hanya akan memperolah air susu dari dada ibunya setelah menangis. Penderitaan adalah cara Tuhan untuk membuat kita menangis. Menangislah supaya Sang Perawat Agung memberikan susu keabadian kepadamu "
Mengapa kita bahagia? Perhatikan bagaimana Tuhan selalu mengasihi kita, berkhidmat melayani keperluan kita, bahkan jauh sebelum kita dapat menyebut asma-Nya.
6. Libatkan Anak dalam Kegiatan Ritual Keagamaan
Kegiatan agama adalah cara praktis untuk tune in dengan sumber dari segala kekuatan. Ambilah bola lampu listrik dirumah anda. Bahaslah bentuknya, strukturnya, komponen-komponennya, kekuatan cahayanya, voltasenya. Anda pasti menggunakan sains. Kegiatan agama adalah kabel yang menghubungkan bola lampu dengan sumber cahaya. Shalat dalam bentuk apapun, mengangkat manusia dari pengalaman fisikal dan material ke pengalaman spritual. Untuk kegiatan keagamaan tidak boleh dilakukan dengan terlalu banyak menekankan hal-hal yang formal. berikan kepada anak-anak kita makna batiniah dari setiap ritual yang kita lakukan. Shalat bukan sekedar kewajiban. Shalat adalah kehormatan untuk menghadap Dia yang Maha Kasih dan Maha Sayang.
7. Bacakan Puisi-Puisi atau Lagu-Lagu yang Spritual dan Inspirasional
Kita punya mata lahir dan mata batin. Ketika kita berkata masakan ini pahit, kita sedang menggunakan indra lahiriyah kita. Tetapi ketika kita berkata keputusan ini pahit, kita menggunakan indra batiniah kita. Empati, cinta, kedamaian, keindahan hanya dapat di serap dengan fakultas spritual kita. Salah satu cara melatih kecerdasan spritual ialah menyanyikan lagu-lagu ruhaniah ( Qasidah, nasyid, sholawat ) atau membacakan puisi.
8. Bawa Anak untuk Menikmati Keindahan Alam
Teknologi modern dan kehidupan urban membuat kita teralenisasi dari alam.Kita tidak lagi akrab dengan alam. Setiap hari kita berhubungan dengan alam yang sudah dicemari, dimanipulasi, dirusak. Bawalah anak anak kita kepada alam yang relatif belum banyak tercemari. Ajak mereka naik ke puncak gunung. Rasakan udara yang segar dan sejuk. Kita harus menyedikan waktu yang khusus bersama mereka untuk menikmati ciptaan Tuhan, setelah setiap hari kita di pengabkan oleh ciptaan kita sendiri.
9. Bawa Anak-Anak ke Tempat Orang yang Menderita
Nabi Musa pernah berjumpa dengan Tuhan di Bukit Tursina. Setelah ia kembali ke kaumnya, ia merindukan pertemuan dengan Dia. Ia bermunajat kepada Tuhan " Tuhan, dimana bisa kutemui Engkau?" Tuhan berfirman " Temui Aku ditengah-tengah orang-orang yang hancur hatinya ".
10. Ikut Sertakan Anak dalam Kegiatan Sosial
Kegiatan ini akan mengasah kasih sayang dan tanggungjawabnya sebagai makhluk Tuhan kepada sesama saudaranya yang menderita. Biasanya mereka akan megalami perubahan sikap menjadi anak yang penuh kasih, penyayang, dan penuh tanggung jawab.