Fenomena memilih pemimpin muslim atau pemimpin kafir masih jadi bahan perbincangan hangat, apalagi hari ini Rabu 19 April 2017. Bagi kaum muslim yang betul-betul paham akan agamanya tentu dia akan ikut apa kata imamnya yaitu WAJIB PILIH PEMIMPIN MUSLIM.
Ada salah satu paslon pada pilkada DKI 2017 yang bukan muslim, yaitu Ahok yang berpasangan dengan Haji Djarot. Inilah yang jadi masalah besar bagi umat islam dalam memilih pemimpin untuk DKI 5 tahun ke depan.
Jika ada kaum muslim yang memilih seorang kafir jadi pemimpinnya, tentu keimanannya perlu dipertanyakan. Begitu juga dengan pendukung paslon 2 Ahok-Djarot yang setengah kafir setengah Islam (walau agak munafik ). Mereka beralasan jangan pilih Ahok tapi pilih Djarot yang haji, berarti kita telah memilih pemimpin muslim.
Sepintas lalu logika ini kelihatannya benar, apalagi bagi mereka yang sudah terkena wabah sembako kemaren di DKI. Tapi sadarkah kita bahwa Ahok Djarot itu adalah satu paket? dan lagi Haji djarot adalah orang kedua atau wakil yang kekuasaanya tentu di bawah Ahok yang kafir.
Ada sebuah dialog yang kami ambil dari kiriman akun Sadewa Sasewi yang akan mematahkan logika Ahoker muslim munafik yang mengatakan jangan pilih ahok tapi pilih jarot yang muslim. Logika kita patahkan pula dengan logika.
Mematahkan logika Jangan pilih Ahok, tapi pilih Djarot
Barusan di lift kantor temen nanya ke saya
Temen : besok nyoblos stadz?
Saya : insya Allah, KTP saya DKI
Temen : saya juga,... besok nyoblos no berapa stadz?
Saya : ya no 3 lah, masa saya pilih orang kafir
Temen : Kalo saya sih bukan pilih ahok nya, tapi pilih djarot ...., Engak apa apa kan ya stadz, ... Djarot kan muslim juga ...
Saya : Kalo ente di sediain satu piring, isinya setengah bubur ayam, setengah lagi tai ayam, ente masih mao makan tuh bubur?
Temen : ya engak lah tadz ...
Saya : kenapa? Kan yang ente makan bubur ayamnya
Temen : ya karena satu paket sih ya tadz ...
Saya : Nah ... Tuh ente ngerti
Hikmah : Analogi kadang bisa lebih di mengerti, gugah akalnya insya Allah bersinar imannya