Hikayat pembuat tato dalam kitab Matsnawi Maulana Jalaluddin Rumi
Dengarkanlah hikayat dari seorang pengarang tentang bagaimana cara menempuh jalan spritual dan kebiasaan penduduk Qazwain. Mereka membuat tato dibadan, lengan dan punggung dengan warna biru tinta. Satu ketika salah seorang penduduk Qazwain menemui seorang ahli pembuat tato.
" Buatkan satu gambar toto untukku. tapi yang bagus bentuknya," pinta orang Qazwain kepada pembuat tato
" Gambar apa yang harus kubuat, tuan pendekar?" tanya pembuat tato.
" Seekor singa yang ganas. Perawakan badanku serupa singa, maka buatlah gambar singa yang menyimbolkan keperkasaanku. Kerahkan segenap kemampuanmu. Dan totolkan warna biru sebanyak-banyaknya," kata orang Qazwain itu dengan penuh semangat.
" Dimana saya harus membuat tato singa?"
" Tato yang indah itu pantasnya dipunggung."
Sewaktu pembuat tato hendak memasukkan tinta melalui jarum ke kulit orang Qazwain itu, rasa perih menjalar ke punggungnya. Orang gagah yang memesan gambar tato itu berseru,
" Aduh, Gusti. kamu hendak membunuhku, ya? Gambar apa yang sedang kau buat?"
" katanya anda meminta gambar singa!?"
" Bagian mana yang mulai kau buat?"
" Saya mulai dari bagian ekor," kata pembuat tato dengan sedikit takut.
" Tidak usah memakai ekor, sayang. Nafasku tersengal-sengal gara-gara ekor singa yang lemah itu. Walaupun kekuatannya sepadan tarikan dan aliran nafasku, biarlah gambar singa itu tanpa ekor, tuan pembuat singa. Hatiku hampir runtuh karena tusukan jarum tintamu.
Lalu pembuat tato itu membuat bagian yang lain dengan hati-hati, tanpa menggunakan pisau. Ia kembali menusukan jarum tanpa belas kasihan. Lelaki yang minta tato itu menjerit.
" Bagian singa yang mana itu?" tanyanya sambil meringis menahan perih.
" Ini telinganya, tuan yang baik hati," hibur pembuat tato.
" Tidak perlu telinga, tuan yang bijak. Potonglah telinganya dan rampungkan segera pekerjaanmu."
Kemudian mulailah pembuat tato menusukan jarum dibagian lain. Dan orang Qazwain itu menjerit sekeras-kerasnya.
" Bagian mana lagi yang sedang kau buat ini?" Rintihnya tak kuat menahan sakit. Wajahnya memerah.
" Ini perutnya, tuan yang gagah," jawab pembuat tato menahan dongkol.
" Singaku tak memerlukan perut. Bagian itu tentu menghabiskan banyak tinta!"
Pembuat tato itu kebingungan. Rasa jengkel, kecewa, mendongkol, dan hilang akalnya untuk berbuat sesuatu bercampur aduk menjadi satu didalam hatinya. Ia diam tanpa mengerti apa yang harus dilakukan. Ia mencoba meredam semua kegalauannya dengan menggigit alat-alat tato ditangannya. tiba-tiba ia membanting tinta ketanah.
" Belum pernah ada seseorang berkelakuan seperti anda didunia ini? Siapa yang pernah meyaksikan seekor singa tanpa ekor, tanpa kepala, dan tanpa perut? Allah Sang Pencipta pun tidak pernah membuat singa serupa itu.
Saudaraku, bersabarlah menahan sakit tusukan jarum tinta agar dirimu selamat dari tusukan nafsumu yang kufur. Gugusan bintang, matahari, dan rembulan akan bersujud kepada sekumpulan manusia yang termurnikan dari wujudnya. Matahari dan mendung akan tunduk kepada setiap orang yang mencekik nafsu kufur didalam dirinya. Lilin yang tak mampu dibakar matahari akan menyala bila kalbunya sedang mengajarkan pengetahuan. Yang Maha Benar telah berfirman tentang matahari yang bersinar
" Dan matahari membuang muka dari gua mereka "
Duri-duri dihadapan jiwa parsial yang senantiasa saling berhadapan dengan universalitas akan menjadi lembut seperti kelopak bunga mawar.