SAS organisasi terbesar perantau Minang saat ini, mulai bersiap-siap untuk pulang basamo Akbar. Diperkirakan tidak kurang 10-ribuan warga perantau SAS tersebar di 92 cabang SAS meliputi 16 provinsi, tiga negara tetangga yakni Malaysia, Singapura dan Australia akan meramaikan nagari kampung halaman nenek moyang nya. Pada saat nya nanti menunggu moment hari raya Idul Fitri 1418H, itulah waktu yang paling sakral untuk ditunggu-tunggu bersilaturahmi dan merayakan hari kemenangan bersama sanak saudara. Momen pulang basamo kali ini juga akan di isi beragam kegiatan dan program SAS untuk masyarakat perantauan, yang paling ditunggu tentu adalah pemilihan raya ketua umum DPP SAS untuk masa empat tahun kedepan.
Sebelum nya pembentukan panitia sudah dilakukan awal bulan feburary yang lalu, tak kurang 160 personil panitia ikut terlibat dan bertanggung jawab dalam beberapa even yang akan diselenggarkan di bumi Sulit Air. Diantara nya adalah Pawai Obor salingka nagari pada malam takbiran, Sholat Id dengan penceramah ketua MUI Sumbar, olah raga bola kaki, Bulu Tangkis, Futsal, Tennis lapangan, Bola Volly, Sepak Takraw, tak lupa malam kesenian IPPSA selama lima malam, serta Off road menjajah gunung papan atau merah putih, namun yang paling utama Konferensi IPPSA dan Musyawarah SAS untuk mencari figur baru sang pemimpin akan datang.
Dari perantauan, panitia pulang basamo tahun ini yang diketuai oleh bapak Naswir, juga akan bersiap diri mengadakan perjalan mudik akbar seperti yang telah pernah dilakukan pada dua tahun silam. Perantau SAS nantinya akan mudik bareng hari selasa tanggal 20 juni 2017 berkumpul pada rest area Ciujung menuju titik pelabuhan Merak untuk berangkat dengan menyewa satu kapal ro-ro menuju Bakauhuni Lampung. Barulah setelah itu dilanjutkan perjalanan dengan melewati pos-pos cabang SAS jalur lintas tengah Sumatera diantara nya Bandar Jaya, Batu Raja, Lahat, Lubuk Linggau, Muaro Bungo pada akhirnya nanti akan ditunggu oleh bapak walikota di kota Solok.
Mencari figur pemimpin
Pulang basamo kali ini akan terasa spesial momennya, karena akan ada pergantian pucuk pimpinan DPP SAS dan DPP IPPSA, itu pula yang membedakan nagari ini dengan nagari nagari lain di ranah Minang. Jika untuk membangun kampung halaman, berlomba-lomba untuk mewujudkan nya. Tentu tidak akan ada istilah meraih untung untuk menjadi ketua umum, namun semangat untuk menjadi ketua SAS saat ini mulai menggebu dan mengerucut kepada beberapa calon. Dalam menyonsong mubes SAS ke-XXII ada tiga calon potensial yang berniat untuk memimpin SAS kedepan, diantara nya H. Syamsudin Muchtar (pengusaha), DR. Happy Bone Zulkarnaen (pengurus DPP GOLKAR) dan dr, Heriyanto (ketua cabang SAS Betung - Sumsel).
Tim Syamruci adakan temu tokoh dan cabang SAS di Hotel Maxone di Palembang
Adalah yang sedikit unik, pada mencari figur ketua SAS kali ini sudah dimulai gerilya mencari dukungan dan membentuk tim sukses dua bulan sebelum nya, dan belum pernah terjadi selama ini ! kuat dugaan adalah lumrah mengikuti arus zaman serta semata memeriahkan momen pulang basamo yang dilaksanakan sekali dua tahun. Tentu yang paling nyata dan kasat mata terlihat dari kemauan kuat terjadi pada dua figur kuat sekarang, yakni H. Syamsudin muchtar atau orang menyebut beliau pak Syamruci berhadapan dengan Akademisi dan politikus Golkar bapak Hapy Bone. Kedua calon tersebut memiliki ketua timses masing masing, dipihak bapak Hapy Bone ada bapak Letkol inf (purn) Amreyza dt Sati Marajo (Bandung) di lain tempat bapak Irwansyah Masri (Palembang) didaulat mengkonsolidasi kawan-kawan seperjuangan dan se-ide dalam misi. Bagaimana dengan timses dr. Heri (Betung) ? nampak nya belum ada gerilya kepada cabang-cabang, namun kemauan tetap ada untuk memimpin SAS empat tahun kedepan. Siapakah kira nya akan pimpin SAS 1 ? apakah bisa orang Piliang memecahkan rekor SAS yang belum pernah dipimpin oleh suku ini ? suara cabang-cabang SAS lah yang menjawab nya nanti.
Jangan pula abaikan IPPSA, saat ini akan mencari figur baru setelah ketua lama Taufik Akbar suku Simabur sudah tidak bisa dicalonkan lagi karena sudah dua periode. Kabarnya akan ada calon dari cabang IPPSA Ciledug, ditunggu juga calon-calon lain nya yang akan tampil membangkitkan batang tarandam anak nagari. Bisa dibayangkan jika IPPSA lenyap atau tidak ada ? yakinlah, pulang basamo akan terasa hambar dan tidak yang dikejar. Ada yang menyebut IPPSA mencari tautan jodoh tidak salah, karena inilah perekat nyata untuk bernagari babako dan basanak sakampung halaman.
Nagari bersiap diri
Momen pulang basamo tinggal menghitung hari, kebijaksanaan dan kerjasama Wali Nagari Sulit Air ibu Hj. Alex Suryani sangat diharapkan. Tentu ada keterbatasan dan kekurangan yang susah untuk ditanggulangi sendiri, namun seyogyanya hal ini sudah menjadi suatu kesiapan nyata Wali Nagari beserta jorong-jorong untuk memberikan terbaik untuk saudara dari perantauan nanti nya. Yang paling krusial adalah keterbatasan jalan yang ada saat ini, jika dimasuki oleh 700 atau 1000 kendaraan roda 4 dalam tujuh hari penuh tentu akan menyebakan kemacetan luar biasa. Namun berkat kejelian dan antusias beliau menggandeng para doantur SAS bersama sama merehab jalan setapak bisa dilewati mobil, saat ini ada jalan alternatif yang bisa dilalui.
Jembatan Lubuk Apau dilintasi roda empat, cita cita yang terkabulkan
Ibarat pulau Sumatera, begitupun nagari Sulit Air ada tiga jalan lintas yang dikebut pengerjaan nya seperti lintas tengah dari jorong Silungkang masuk dari guguk rayo bisa menuju Gando via Luak sandiang untuk satu mobil sudah bisa dilewati. Selain itu lintas timur dari Jorong Koto Gadang melintasi Balailamo melewati jembatan Lubuk Apau juga sudah bisa tembus ke Puskesmas jorong Silungkang. Namun agak pelik saat ini lintas barat dari Limo Panjang jorong Gando menuju Sawitan, tembus Lakuok-Koto Gadang masih belum bisa dijajal karena jembatan Muaro masih seperti dahulu dan perluasan tanah kesana masih belum disetujui oleh hak pemilik ulayat. Semoga kedepan ada solusi nyata untuk kebaikan bersama.
Hal sulit yang malas orang pulang satu lagi adalah-Air ! namun Alhamdulillah, pengerjaan Air Pam untuk masyarakat sudah mulai dilewati pipa. Sebenarnya nagari ini sudah ada air PAM dari tahun 1950an namun terbengkalai karena tinggi nya biaya operasional serta debit air yang mengalir ditampung di telaga cukup terbatas. Jika masih ada yang berminat silahkan ajukan ke pihak Wali ngari di Balilamo. Dimasuki air PAM, tentu memerlukan biaya untuk itu kerja sama dan pengertian warga sangat diharapkan sekali. Namun tetap saja jika musim kemarau debit air nya akan jauh berkurang.
Baralek Gadang nagari Sulit Air, adalah kebersamaan nyata yang harus dijaga. Perhelatan besar yang akan menelan biaya180 juta rupiah ini sedapat mungkin memberi kenyamana kepada semua warga, terutama masyarakat yang tinggal dikampung halaman. Semoga tidak ada cela dan derita dikemudian waktu membuat organisasi SAS kehilangan marwah. Begitupun para perantau, kemewahan dan kebanggaan semu yang ada tentulah mebuat orang kampung menjaga jarak, rangkulah dan berbagilah InsyaAllah semua merasa bahagia. Selamat baralek gadang Nagariku.
Sumber: Balai Lamo