Menjaga hati dari rayuan penguasa zhalim bukanlah hal yang mudah, apalagi sang penguasa mempunyai banyak uang. Jarang para ulama yang selamat dari bisikan setan yang satu ini. Sudah banyak contoh dan kisah para ulama, ustadz bahkan sufi sekalipun yang hilang kehormatannya hanya karena uang jutaan, miliyaran bahkan sampai triliunan.
Seorang ulama sufi yang betul-betul istiqomah dijalan hakikat tidaklah akan goyah sedikitpun oleh dunia dan isinya. Begitu juga ketika berhadapan dengan penguasa zhalim. Sufi sejati tidak akan pernah tunduk kepada penguasa zhalim, apalagi sampai mendukungnya.
Jika seorang ulama ahlullah dipanggil menghadap oleh penguasa zhalim, tidaklah ia akan tunduk dan mau saja diperintah ini itu, kewibawaan dan kehormatannya tidaklah akan terjual hanya karena kenikmatan duniawi yang sedikit.
Tak sedikit para ulama sejati yang dipenjara dan dihukum berat karena mempertahankan iman mereka, atau mereka pergi melarikan diri dari sang penguasa zhalim, berkhalwat ke hutan, ke gunung untuk menghindari kejaran sang penguasa yang tak senang dengannya.
Dua Orang Sufi Dihadapan Penguasa Zhalim
Ada dua orang sufi dijemput oleh seorang raja zhalim untuk dimintai nasehat, setelah selesai raja memberi uang, yang satu menerima dan yang satu lagi menolak.
Setelah seminggu mereka berdua dipanggil kembali menghadap raja untuk dimintai nasehat. Ditengah perjalanan kedua sufi ini bertemu, sufi yang tak mau menerima " hadiah " dari raja bertanya kepada sufi yang menerima;
" Jika nati raja meminta pendapatmu apa yang akan kau katakan?"
Sufi penerima uang diam tanpa suara. Karena saat itu di istana sang raja telah membuat sesuatu yang dilarang oleh syariat dan meminta ulama untuk memberikan fatwa dan memperbolehkan perbuatannya itu.
Sufi sejati kembali bertanya;
" Ada tak rasa takut dihatimu untuk mengatakan kebenaran dihadapan raja?"
Sufi penerima uang menjawab;
" Iya "
Sufi sejati berkata;
" Itu karena uang yang kau terima dulu!"
Sufi sejati selalu mengatakan yang hak kepada raja walaupun pahit akibatnya, sedangkan sufi palsu diam tanpa suara karena mulutnya telah dikunci oleh sang raja dengan hadiah segepok uang.
Kisah sufi sejati dan sufi penerima suap dihadapan penguasa zhalim diceritakan oleh Syaikh Rohimuddin Nawawi Al-Banteni