Oleh: Tuangku Syaikh Muhammad Ali Hanafiah Ar Rabbani.
Rais Mustasyar Dewan Ulama Thariqah Indonesia (DUTI)
Baca juga:
Thariqah merupakan “sekolah” pendidikan dan pelatihan ilmu Tasawuf, tempatnya biasa disebut sebagai Zawiyyah atau Ribath. Definisi ilmu tasawuf sendiri pada umumnya diterangkan sebagai ilmu yang mempelajari cara untuk dekat dengan Ilahi serta mencapai titik puncak Mahabbatullah (mencintai Allah), karena Cinta merupakan wilayah seorang hamba dapat ridha terhadap apapun ketentuan Allah SWT hingga Allah pun ridha terhadap hidup dan matinya.
Pengamalan ilmu tasawuf didalam Thariqah merupakan semata mata hanyalah sebuah Riyadhah (latihan rohani) yang metodanya wajib membawa nilai nilai IHSAN yakni, beramal seolah olah engkau menyaksikan Allah, jika tak mampu engkau menyaksikanNya maka yakinlah jika Allah menyaksikanmu.
Berbagai metoda latihan diciptakan oleh para pendiri Thariqah di dunia, walau berbeda cara namun kandungan IHSAN selalu menjadi bahan pokok dalam setiap metoda metoda yang dilakukan para pengamal Thariqah dan tentunya memiliki tujuan yang sama, yakni mencari Ridha Allah Ta’ala.
Banyak terjadi ditengah tengah umat kesalahpahaman terhadap amalan Thariqah, hingga muncul penilaian negatif kepada kaum Thariqah, dengan menganggap semua yang diamalkan tersebut merupakan Bid’ah dan sesat. Padahal mereka belum memahami jika seluruh amalan yang dipraktekkan pada thariqah merupakan sebuah bentuk kesungguhan dalam melatih hati dan ruhani menuju keridhaan Allah semata.
Terlepas pengamalan yang mempunyai dasar atau dalil pada Al qur’an dan Al hadist, pengamalan atau praktek dzikir di dalam Thariqah merupakan hanyalah sebuah latihan ruhani atau Riyadhah bukan bertujuan atau bagian beribadah kepada Allah SWT, sehingga tidak satupun larangan atau hati nurani kita menolak dari sebuah bentuk kesungguhan dalam latihan latihan ruhani tersebut.
Hanyalah orang orang yang berfikir sempit dan memiliki hati yang keras memandang suatu latihan ruhani sebagai kesesatan. Ibarat orang yang mau menunaikan ibadah haji, maka seseorang tersebut terlebih dahulu melakukan manasik haji, agar pelaksanaan hajinya dapat sempurna dan diterima oleh Allah SWT. Begitupun orang orang yang mengamalkan thariqah, apa yang telah dirasakan ketika melatih hati dalam Thariqah itu mereka dapat membawa dalam kegiatan ibadahnya sehari hari, menjadikan diri mereka lebih khusyuk serta menikmati ibadahnya.
Sebuah ibadah memiliki aturan yang baku yang digariskan oleh Al qur’an dan Sunnah, tidak boleh menyimpang daripada kedua hal tersebut.
Sedangkan Riyadhah dapat diciptakan dan dibuat sesuai dengan kondisi zaman dan kemampuan umat, tidak boleh dibekukan sebagaimana halnya dengan ibadah, hingga inilah penyebabnya lahirnya berbagai macam thariqah thariqah di dunia, dengan membawa metodanya sendiri sendiri sesuai dengan kondisi dan kultur masyarakat didaerahnya masing masing.
Tetapi tidak sedikit juga para pengamal thariqah menganggap latihan latihan dzikir atau Riyadhah mereka sebagai bentuk ibadah dihadapan Allah Ta’ala, hingga membuat jurang kesalahpahaman semakin dalam di tengah umat Islam.
Seharusnya Riyadhah jangan disamakan dengan ibadah, kecuali hanya berharap dan meminta kepada Allah diakhir Riyadhah semoga segala bentuk latihan atau Riyadhah tersebut mendapatkan nilai pahala dan dianggap ibadah disisi Allah Ta’ala.
Video kajian Tuangku Syaikh Muhammad Ali Hanafiah tentang riyadhah tarekat;