Awalnya kami mengenal Tuan Guru KH Muhammad Bakhiet adalah lewat Youtube. Video kajian syarah kitab Alhikam yang beliau paparkan sangat bagus dan menyentuh, bahkan video Alhikam Tuan Guru Bakhiet kami download semuanya termasuk kajian beliau yang lain. Karena pemaparan beliau pemahaman kami terhadap Alhikam Syeikh Ibnu Athaillah semakin bertambah.
Mengenal Tuan Guru KH MUhammad Bakhiet, ulama kharismatik dari kalimantan
Tuan Guru Haji Muhammad Bakhiet atau biasa dipanggil Guru Bakhiet,dilahirkan pada 1 Januari 1966 di Telaga Air Mata, Kampung Arab, kabupaten Hulu Sungai Tengah. Ayah dia adalah Tuan Guru Haji Ahmad Mughni (Nagara) bin Tuan Guru Haji Ismail (Alabio) bin Tuan Guru Haji Muhammad Thahir (Alabio) bin Khalifah Haji Syihabuddin (Pulau Penyangat-Kepulauan Riau) bin Maulana Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari (Martapura). Dari ayahnya inilah dia sangat banyak mengambil ilmu, khususnya ilmu batin, dan orang tuanya sekaligus sebagai syekh murobby mursyidnya.
Meski memiliki jalur silsilah nasab keluarga yang bagus, yakni keturunan Syekh Arsyad (Bani Arsyadi), yang dalam kultur Banjar dapat menjadi garansi untuk menjadikan seorang tokoh agama yang dihormati, Guru Bakhiet biasanya menolak untuk berbicara tentang nasab, apalagi menonjolkannya. Namun, di kalangan murid-muridnya, perihal nasab ini sudah menjadi pengetahuan umum. Ketidakmauan sang Guru menyebut-nyebut silsilahnya ini justru semakin mengangkat kharismanya karena hal ini dianggap sebagai bukti sikap rendah hati (tawadhu’) yang dimilikinya.
Pendidikan Guru Bakhiet di tahap pendidikan formal dia hanya sampai kelas IV Sekolah Dasar Negeri pada tahun 1976. Selebihnya dia lebih banyak menimba ilmu pada pendidikan non formal, yaitu mulai dari pendidikan dari kedua orang tuanya, khususnya dari ayahnya yang seorang ulama. Dia pernah menimba ilmu di Pondok Pesantren Ibnu Amin (Pamangkih) pada tahun 1977 kurang lebih selama tiga tahun. Selanjutnya pada tahun 1980 menjadi santri Pondok Pesantren Darussalam (Martapura) kurang lebih enam bulan. Dari situ kemudian pindah ke Darussalamah(mangun jaya)kurang lebih satu setengah tahun.
Setelah sekian lama di Martapura, kemudian dia kembali ke Barabai dan berguru dengan orang tua dia sendiri dan berguru dengan para ulama yang ada di sekitarnya. Dalam memperdalam ilmu agama banyak ia ambil dari para ulama terkemuka. Guru-guru dia antara lain adalah orang tua dia sendiri yaitu Tuan Guru Haji Ahmad Mughni, dari sini sangat banyak ilmu yang diperoleh khususnya berkenaan dengan ilmu bathin (ilmu tasawuf). Ilmu fikih secara khusus berguru dengan Tuan Guru Haji Abdul Wahab (Kampung Qadli Barabai). Ilmu bahasa Arab khususnya ilmu Nahwu ditimbanya dari Tuan Guru Haji Hasan dan Tuan Guru Haji Saleh (Barabai). Sedangkan berkenaan dengan ilmu falak dia pelajari dari Tuan Guru Haji Mahfuz bin Tuan Guru Haji Muhammad Ramli bin Tuan Guru Haji Muhammad Amin, seorang tokoh Pendiri Pondok Pesantren Ibnul Amin Pamangkih.
Di samping sebagai ulama. Tuan Guru Haji Muhammad Bakhiet juga seorang guru Tarikat Alawiyah. Berkenaan dengan dengan Tarikat Alawiyah ini secara historis dia pada tahun 1993 dikirim ke Surabaya (Bangil). Di sinilah dia mengaji dan mengambil Tarikat Alawiyah dari Habib Zein Al Abidin Ahmad Alaydrus.
Kurang lebih satu tahun bergelut dalam dunia Tarikat Alawiyah dengan syarat para jamaah yang mengikutinya tidak kurang dari 40 orang. Waktu itu ada sejumlah nama yang aktif malah menjadi murid utama dia, di antaranya adalah Abdul Karim, Abdurrahim, Abdul Aziz, Abdushomat, Abdul Muin, Ahmad Mugeni, Ahmad Said, Ahmad Nor, Ali Mawardi, Baihaqi, Fahrurrazi, H. Abdussalam, H. Alfian Hidayat, H. Darussalam, Zunaidi HA, Mahdi Jauhari, Muhammad Arsyad, Muhammad Ahyad, Muhammad Farid Wajidi, dan lain-lain.
Tarikat Alawiyah sangat maju pesat perkembangannya yang pengikutnya hingga kini mencapai puluhan ribu orang. Pada mulanya pengajian tarikat Alawiyah bertempat di Pondok Pesantren Hidayaturrahman Barabai. Di tempat ini pengajian berlangsung kurang lebih 40 minggu atau 40 kali pertemuan. Namun setiap kali pertemuan pesertanya semakin bertambah. Bertambahnya jumlah jamaah maka dia pindah lagi ke pondok pesantren Rahmatullah Ummah. Dari sinilah nantinya menjadi pondok pesantren Nurul Muhibbin yang cukup terkenal itu dan selanjutnya pindah ke Paringin dengan lokasi yang sangat luas dan lengkap dengan pemukimannya.
Sosok Tuan Guru Haji Muhammad Bakhiet sangat kharismatik dan sangat dihormati oleh masyarakatnya di Hulu Sungai. Menurut informasi seseorang, insya Allah benar, karena informasi ini muncul dari salah satu murid Tuan Guru Sekumpul. Beliau, Abu Zein Al-Banjari memberitahu kepada saya bahwa Guru Bakhiet di alam ruhani, adalah murabbi mursyid Thariqat Syadziliyyah di Kalsel.
Menurut beberapa orang yang dekat dengan dia, kelebihan yang dimiliki oleh dia di samping ilmu dan amaliahnya, antara lain yaitu;
- Menjauhi pemerintah. Contohnya dia menolak dibawa Umrah oleh Pemerintah Daerah.
- Netral dalam persoalan politik dan tidak ikut-ikutan dalam persoalan ini. Umpamanya dia menolak pemberian berupa uang dan harta karena kepentingan polotik (partai).
- Dia tahan terhadap godaan dunia (wara’).
- Sangat memuliakan para habaib.
Setiap tanggal 3-5 dia membagi beras untuk para janda, habaib atau yang miskin. Begitu juga pada hari raya. Karena kecintaannya yang luar biasa terhadap para habaib. Konon dia tidak bisa dalam seharipun kalau tidak bertemu dengan habib, walaupun hanya melihat mukanya.
Membaca riwayat ulama dan waliyullah dapat menundukkan kesombongan dalam diri, dan sadar bahwa diri kita tidak ada apa-apanya dengan mereka. Merasa diri tidak lebih baik dari orang lain akan membuat hati hidup. Hati hidup maka dengan orang lain selalu khusnudzon. Amaliah yang paling hebat adalah khusnudzon. Para waliyullah selalu khusnudzon baik kepada Allah maupun makhluk. Semoga Allah merahmati kita dengan hati yang selalu khusnudzon.