Lebih utama mana belajar seribu kitab sendiri daripada belajar kepada seorang ahli sufi (mursyid)?
Para sahabat nabi adalah orang-orang utama dalam islam, mereka belajar kepada nabi, melihat, mendengar dan menyaksikan langsung perbuatan, ucapan dan kehidupan sehari-hari nabi. Rasulullah adalah pembimbing atau mursyidnya para sahabat.
Para tabi'in adalah orang-orang yang belajar kepada para sahabat. mereka belajar secara langsung. Melihat, mendengar dan meyaksikan segala tindak-tanduk serta kehidupan para sahabat yang menjadi guru (mursyid) mereka.
Tabi'ut tabi'in adalah orang yang belajar langsung kepada para tabi'in. Mereka belajar dalam pertemuan langsung, berhadap hadapan dalam satu halaqah atau mejelis tanpa perantara. Mereka lansung melihat, mendengar dan menyaksikan ucapan dan perbuatan guru mereka (tabi'in) dalam kehidupan nyata untuk diambil contoh dan tauladan.
Tiga contoh diatas sudah bisa membuktikan bahwa belajar secara langsung kepada guru, ulama atau mursyid jauh lebih memberikan kesan dan lebih melekat kedalam diri dan jiwa murid. Pertemuan antara guru dan murid itu jauh lebih bermanfaat dan lebih memberikan kesan daripada membaca seribu kitab. Apalagi belajar tasawuf atau ilmu tarekat.
Buku tasawuf dapat membantu kita untuk membangkitkan rasa bertuhan, hanya saja apabila telah sampai pada sesuatu yang tidak dapat ditemukan jawabannya dalam buku, maka di sinilah perlunya seorang guru (mursyid). Oleh karena itu, bertarikat dengan mengandalkan buku, maka hal itu akan sangat berbahaya, karena bisa-bisa salah jalan"
(Tuangku Syaikh Muhammad Ali Hanafiah Ar-Rabbani)
(Tuangku Syaikh Muhammad Ali Hanafiah Ar-Rabbani)
Belajar tarekat termasuk fardhu "ain, wajib bagi setiap individu, karena ilmu tasawuf adalah ilmu pembersih hati, ilmu untuk mengenal Allah lebih dalam, ilmu untuk mencapai maqam ihsan. Dalam belajar Tasawuf mesti berguru kepada mursyid yang telah lebih dulu belajar langsung kepada mursyid sebelumnya terus hingga kepada para sahabat dan Rasulullah. Inilah yang disebut dengan silsilah sanad.
Barangsiapa yang tidak mengikuti jalan ahli shufi dan tidak mengambil thariqat mereka berarti ia memiliki potensi untuk berperasaan ghurur dan terpedaya, walaupun ia membaca seribu kitab selain daripada kitab ahli shufi.
Dikatakan demikian, sebab ia tidak terlepas daripada maksiat-maksiat yang bersifat batin seperti riya', ujub, takkabbur, hubbu dunia dan sebagainya. Idealnya mengambil Thariqat daripada Masyaikh ahli Shufi dan mengikuti jalan mereka seperti kata SayyidiAs-Syeikh Abdul Wahab As-Sya'raniy di dalam kitabnya yang berjudul Masyariqul Anwar Al-Qudsiyah Fi Bayani Syuhudil Muhammadiyah.
Dalam kitab tersebut dinyatakan bahwa "Sesungguhnya telah diketahui bahwa setiap orang yang tidak mengambil thariqat syeikh ahli tasawuf yang yang akan membimbingnya keluar daripada sifat-sifat tercela yaitu maksiat batin seperti riya', 'ujub, takabbur, hasad dengki, bakhil dan sebagainya, maka dia laksana orang yang 'ashi atau bermaksiat kepada Allah Ta'ala dan kepada Rasulullah s.a.w.
Dan sesungguhnya tidak ada yang dapat memimpin ke suatu jalan untuk mengobati segala penyakitnya yang batin, yaitu segala maksiat yang tersembunyi, tanpa mendapatkan bimbingan dari seorang syeikh, walaupun ia menghafal seribu buah kitab ilmu selain ilmu tasawuf, karena kebanyakan ilmu selain ilmu tasawuf itu membicarakan tentang hukum yang zahir saja. Sementara hukum yang bathin tidak diketahui melainkan dengan ilmu bathin pula yaitu ilmu thariqat yang dikaitkan dengan ilmu shufi, karena setiap ilmu diketahui oleh ahlinya saja."
Kajian terkait: