TASAWUF CINTA
(Kajian Tasawuf Tuangku Syeikh Muhammad Ali Hanafiah
Ar-Rabbani)
“Ya Ilahi... Andaikan aku beribadah kepada-Mu karna lantaran aku mengharapkan surga-Mu maka usirlah aku dan surga-Mu.
Dan andaikan aku beribadah Iantaran takut akan neraka-MU maka masukkan aku kedalam neraka-MU. Namun bila aku beribadah hanya
karna mengharap
ridho-Mu maka dekatkan aku di sisi-Mu, “ Seuntai doa curahan hati hamba Allah Rabi’ah al Adawiah
Dengan kekuatan apa seorang Rabi’ah Adawiyah dapat
mengungkapkan kata-kata yang melambangkan Neraka dan Sorga hanya gambaran sebuah permainan-Nya? Hingga tidak lagi
menghiraukan panasnya Neraka maupun kemanisan Surga. Dan kenapa seorang perempuan yang lemah dapat menyentuhkan lidahnya ke dalam sanubari hati melampaui batas-batas kemampuannya sendiri.
Sungguh suatu fenomena yang mengambarkan adanya suatu power terpendam kokoh dalam segumpal daging
di dada manusia, yang masih banyak menyimpan Rahasia-Rahasia-Nya.
Keikhlasan di hati manusia adalah wujud kendaraan yang
membawa ekstensi hamba kepada hati yang berpotensi cinta. Serta menggantikan
kedudukan kewajiban sang hamba menjadi kebutuhan semata. Ibadah bukan lagi
ambang kewajiban si hamba, namun sebagai wujud kebutuhan jiwa hamba terhadap
Tuhannya. Iniah hakekat daripada suatu ayat Allah SWT berfirman;
ÙˆَÙ…َا Ø®َÙ„َÙ‚ْتُ الْجِÙ†َّ ÙˆَالْØ¥ِÙ†ْسَ Ø¥ِÙ„َّا Ù„ِÙŠَعْبُدُونِ
“Dan
tak KU ciptakan jin dan manusia jikalau tidak untuk menyembah KU (Adz-Dzaariat ayat 56).
lbadah adalah kebutuhan hamba untuk
menyembah Tuhannya. Tetapi sampai dimanakah sang hamba merasakan butuh terhadap
ibadahnya? Karena untuk mencapai rasa butuh yang amat dalam tentunya melewati
suatu hubungan yang amat akrab, yakni cinta. Sebab dengan kecintaan-lah membuat
manusia tergantung dan butuh terhadap apa yang dicintainya.
Terbitnya cinta menjadikan ibadah suatu pertemuan yang
penting bagi jiwa untuk berhubungan dengan Tuhan-nya otomatis terciptanya
sumber-sumber keikhlasan dalam mengabdi kepada-Nya. Sesuai yang diriwayatkan
Abu Hurairah bahwa Rosulallah SAW bersabda;
“Barang siapa mencintai pertemuan dengan
Alah, maka Allah pun mencintai pertemuan dangan nya, dan barang siapa tidak
mencintai pertemuan dengan Allah, maka Allah pun tidak mencintai pertemuan
dangannya ".
Pentingnya cinta dalam diri hamba sama dengan
pentinya jiwa dalam raga manusia. Apabila hati si hamba tak tersentuh, maka
pengabdian dan penghambaannya hanya menjadi topeng dari pada ibadahnya. Yang
kemudian ibadah hanya menjadi alasan dari pada kewajibannya semata.
Kesenangan pada kawan terletak di kasih
sayang, kesenangan dan keindahan ibadah teretak pada kecintaan yang menuturkan
lidah-lidah yang ikhlas menyebut kalimat-kalimat suci Tuhannya, seakan
menyingkap kerinduan yang teramat lama dipendam. Dengan inilah Rabi'ah berdialog
dengan Tuhannya, walaupun pernah ia dengar, namun cinta yang terhujam didadanya telah menjadi jawaban yang tak ternilai, dari pada kenikmatan di dunia ini.
Kecintaan
merajut hati
menjadi rindu,
maka tiada hari yang dilewati tanpa ada kelezatan dalam pengabdiannya.
Jikalau hamba telah menghalau hatinya pada
telaga cinta, maka ia telah memberi tarbiyah
atau didikan kepada jiwanya untuk mengenal lebih jauh akan tujuan kehadirannya
pada kehidupan ini, yang antara lain hanya mengabdi setulus-tulusnya pada Zat
yang menciptakannya.
Kajian berikut:
Kajian berikut:
- Tasawuf Cinta Tuangku Syaikh Muhammad Ali Hanafiah Ar-Rabbani
- CINTA Adalah Maqam Tertinggi Dalam Tasawuf
- Keberkahan Berjamaah dalam Pengajian dan Berthariqah
- Makna Arasy Menurut Ulama Sufi